Selepas musibah tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, derap jantung
kota ini memang sempat berhenti beberapa saat. Namun sekarang seiring
dengan mulai pulihnya kegiatan ekonomi dan masyarakatnya, kembali pula
derap kehidupan masyarakatnya dengan menyuguhkan lokasi obyek wisata
yang tak kalah menarik dari kota-kota lainnya di Indonesia
Banda Aceh Sejarah
Kesultanan Aceh Darussalam lahir pada abad ke-14 saat Kerajaan
Samudera Pasai sedang berada di ambang keruntuhan. Kerajaan ini
beribukota di Kutaraja yang merupakan cikal bakal Kota Banda Aceh.
Kerajaan tersebut dibangun di atas puing-puing kerajaan Hindu dan Budha
dengan pemimpin bernama Sultan Ali Mughayat Syah yang berhasil
menjadikan kerajaannya besar dan kokoh. Sepeninggal Sultan Ali Mughayat
Syah, kerajaan tersebut mengalami beberapa pergantian pemimpin, namun
hanya Sultan Iskandar Muda yang menjadi pemimpin terbesar sepanjang
sejarah di kerajaan ini. Pada tanggal 28 Desember 1962, wilayah Kutaraja
yang merupakan ibukota kerajaan ini berganti nama menjadi Banda Aceh
setelah masuk ke dalam pemerintahan NKRI.
Yang dapat ditemui
Masjid Raya Baiturrahman merupakan icon Kota Aceh. Sebuah masjid
yang sangat bagus dan memiliki 5 buah kubah ini terletak di pusat Kota
Aceh. Kemudian ada juga Kapal PLTD apung dan kapal diatas rumah
(Lampulo). Kedua kapal yang terdampar di 2 tempat di tengah Kota Aceh
ini merupakan simbol kenangan Kota Aceh akan dahsyatnya terjangan
tsunami yang melanda wilayah ini pada tahun 2004.
Kemudian ada juga Kapal PLTD apung
ada jugak kapal di atas rumah
Museum Tsunami
Jl. Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, Aceh 23125, Indonesia, Indonesia
Mungkin masih teringat di benak Anda bencana dahsyat yang meluluh
lantahkan Banda Aceh di tahun 2006 silam. Ya, bencana Tsunami dengan
dashyatnya telah mengguncang Provinsi Aceh dan Sumatera Barat. Tidak
hanya Banda Aceh saja yang terkena bencana dahsyat Tsunami,
Negara-negara lain yang berada di kawasana Samudra Hindia pun turut
terkena imbasnya. Untuk mengenang Bencana Tsunami tersebut, di bangun
lah sebuah Musium di Banda Aceh yang bernama Musium Tsunami. Museum ini
resmi dibuka pada akhir Februari 2009 lalu. Bangunan Museum ini
terbilang unik, disain bangunan ini di pilih melalui audisi yang
akhirnya di menangkan oleh Bapak M. Ridwal Kamil, yang merupakan seorang
dosen ITB.
Pembangunan Museum menghabiskan dana yang cukup besar
yaitu sekitar Rp 140 milyar, oleh karena itu tak heran jika Museum ini
sangat megah. Gaya Arsitektur Museum Tsunami terbilang sangat unik dan
di klaim sebagai bangunan anti Tsunami. Pondasi Museum merupakan
kombinasi dari bangunan panggung yang diangkat ke atas bukit. Jika kita
melihat Museum ini dari atas bentuk Museum ini menyerupai bentuk
gelombang Tsunami yang berputar. Namun, jika melihat dari bawah atau
samping Museum ini akan terlihat menyerupai kapal pesiar yang sangat
besar.
Ketika Anda memasuki Museum Tsunami ini melalui pintu utama
Anda akan disambut dengan lorong-lorong gelap dengan efek air yang
jatuh dari atas, seolah-olah Anda sedang berada di dalam gelombang
Tsunami. Setelah itu Anda akan tiba di ruang pameran. Ruang pameran ini
di dominasi warna gelap. Di ruangan ini Anda bisa melihat foto-foto
pasca kejadian Tsunami. Ada juga Ruang Cahaya Tuhan, di sini Anda bisa
menguji diri Anda menghadapi gelombang Tsunami dengan melawan arus
gelombang, dan jika Anda berhasil Anda akan menuju Jembatan Harapan,
jembatan ini seolah-olah akan membantu Anda menuju tempat tinggi untuk
menjauh dari Tsunami. Di tempat ini Anda juga bisa melihat film
documenter tentang tsunami yang berdurasi sekitar 15 menit. Jadi,
luangkan waktu Anda untuk mengunjungi Museum ini, karena selain bisa
berwisata Anda juga bisa memperoleh Edukasi tentang bagaimana
mempersiapkan diri menghadapi bahaya Tsunami.
foto:
Pesona Lhoknga di Aceh, Kombinasi Hijau Pegunungan dan Laut Biru, Pas Buat Selfie dan Fotografi
Inilah sempurnanya pesona wisata alam Lhoknga di Aceh. Kombinasi antara hijaunya pegunungan dan birunya laut hadir satu lanscape, tiada terpisah. Satu destinasi hadirkan kombinasi keindahan gunung dan laut sekaligus.
Matahari merekah di balik pinggang bukit. Sinarnya mengintip dari celah pepohonan yang memeluk Lhoknga, Aceh Besar. Kawasan yang terletak di lintas Jalan Nasional Banda Aceh– Meulaboh itu menyuguhkan panorama bukit dan pantai dalam satu landscape.
Pagi dan sore hari adalah saat yang tepat untuk berkunjung. Di sini kita bisa merasakan pengalaman melewati jalan berkelok dan menanjak.
Meskipun terletak hingga 17 Km dari pusat Kota Banda Aceh, namun tak perlu khawatir karena jalanan di sini sudah mulus teraspal.
Tambahan lagi karena terletak di pinggir kota, membuat jalanan tidak dipenuhi hingar bingar kendaraan. Jarak tempuh dan waktu yang termakan akan terbayar lunas sebegitu menginjakkan kaki di Lhoknga.
Tebing batu cadas ditingkap hijau pepohonan setinggi puluhan meter sambung menyambung sepanjang sisi jalan, sementara di sisi jalan lain hamparan laut membentang sejauh mata memandang.
Lembah hijau nan curam dipenuhi gugusan cemara membelah gunung dan laut, membingkai indah garis pantai.
Tambahan lagi karena terletak di pinggir kota, membuat jalanan tidak dipenuhi hingar bingar kendaraan. Jarak tempuh dan waktu yang termakan akan terbayar lunas sebegitu menginjakkan kaki di Lhoknga.
Tebing batu cadas ditingkap hijau pepohonan setinggi puluhan meter sambung menyambung sepanjang sisi jalan, sementara di sisi jalan lain hamparan laut membentang sejauh mata memandang.
Lembah hijau nan curam dipenuhi gugusan cemara membelah gunung dan laut, membingkai indah garis pantai.
Yang dapat dilakukan
Karena memang letak kota serta geografisnya tepat berada di
pinggir pantai maka Aceh memiliki beragam objek wisata yang hampir
didominasi oleh wilayah perairan, salah satunya adalah Pulau Weh yang
berjarak hanya 32 km dari Banda Aceh. Pulau yang termasuk dalam salah
satu obyek wisata favorit para wisatawan ini memiliki daya tarik karena
keindahan pantainya yang berpasir putih dan keadaan pulaunya yang masih
sangat terjaga ini. Di Pulau Weh kita bisa melakukan kegiatan seperti
diving atau bagi yang memiliki hobi memancing bisa menyalurkan hobi
sepuasnya di sini. Namun untuk yang kurang menyukai kegiatan alam, di
Aceh terdapat mall bernama Hermes Palace Mall. Selain dapat berbelanja,
di sini juga ada beberapa wahana yang bisa dicoba seperti wahana 4D Max
Rider, juga ada ragam permainan anak-anak seperti wahana 1000 bola dan
berbagai jenis permainan lainnya yang tergabung dalam Hermes Happy Land.
Makanan yang harus dicoba
Bermacam ragam kuliner khas kota ini siap memanjakan lidah anda,
salah satunya adalah ayam tangkap atau sering juga disebut ayam tsunami
yaitu ayam berbumbu yang digoreng dengan berbagai macam rempah di
dalamnya sehingga beraroma harum dan disajikan dengan dedaunan rempah
yang menutupi ayam menjadikan daya tarik tersendiri bagi masakan yang
satu ini . Untuk yang menyukai masakan pedas berkuah, Anda dapat
mencicipi gulai kambing dan kari khas Aceh. Kari yang berbumbu pedas ini
sangat khas dengan harum aroma rempahnya. Ada juga kuliner khas kota
ini: nasi gurih. Nari gurih merupakan olahan nasi yang hampir menyerupai
nasi uduk.
Bagaimana sampai ke Banda Aceh
Terbang ke Banda Aceh: Banda Aceh melalui jalan
udara di layani oleh Sultan Iskandar Muda International Airport. Sultan
Iskandar Muda International Airport terletak sekitar 16 km tenggara
dari Banda Aceh. Taksi ke kota dari Sultan Iskandar Muda International
Airport akan dikenakan IDR 80.000. Baca lebih lanjut tentang Sultan Iskandar Muda International Airport atau cari penerbangan ke Banda Aceh